Kabarpendidikan.id Corona Virus Disease (Covid – 19) sangat meresahkan masyarakat dunia selama sebelas bulan terakhir ini. Wabah ini disebabkan oleh Novel Coronavirus (SARS-Cov-2). Wabah ini pertama kali diketahui mewabah di Wuhan, China. Virus ini terdeteksi masuk ke Indonesia pertama kali pada maret 2020 berawal dari 2 orang yang terinfeksi virus Covid – 19 menjadi 1,07 juta orang. Virus ini berkembang secara cepat dengan cara menginfeksi manusia melalui sistem pernafasan. Virus ini sudah memakan ribuan bahkan jutaan korban di seluruh dunia, tercatat bahwa ada 101,561,219 orang yang terinfeksi Covid – 19 dan 2,196,944 yang meninggal (World Health Organization) dikarenakan wabah tersebut di sekitar 213 negara di dunia.
Covid – 19 adalah wabah yang sangat berbahaya
dikarenakan wabah ini tergolong baru dimana penyebab dan asal muasal virus ini
masih belum diketahui secara pasti. Virus ini sangat mudah menular kepada
manusia. Penularan virus ini terjadi ketika adanya kontak fisik atau terkena
cairan yang keluar ketika bersin dan batuk. Virus ini terkenal sangat kuat dan
sulit untuk dimatikan, virus ini juga bertahan pada plastic, kayu, besi dan
stainless stell. Virus ini mengincar organ paru – paru karena virus ini
mengakses sel inang melalui enzim tertentu yang terdapat pada bagian sel
alveolal tipe II paru – paru.
Pemerintah menyadari betapa berbahayanya virus Covid –
19 dan berupaya untuk menanggulangi penyebaran virus Covid – 19 dengan cara
mengeluarkan kebijakan lockdown pembatasan
sosial (sosial distancing) dan
pembatasan fisik (physical distancing) pada
bidang kesehatan (Tim Kerja
Kementerian Dalam Negeri, 2020) dan kebijakan mengenai pembelajaran dari rumah
(Learning From Home) pada bidang
pendidikan (Sekretaris Kabinet,2020). Pembatasan sosial ialah menjaga jarak
dalam bersosialisasi, menjaga jarak dalam melakukan aktivitas sosial, termasuk
membatasi diri untuk melakukan sosialisi di masyarakat meminimalisir kotak
dengan individu yang lain. Begitu pula pembatasan fisik maksudnya ialah
pembatasan dengan menjaga tubuh secara fisik dengan jarak 1-2 meter ketika
melakukan kontak atau bersinggungan dengan individu lainnya. Disamping itu pola
hidup bersih dan sehat juga sangat penting untuk memutus mata rantai penyebaran
virus ini seperti selalu menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan lain –
lain (Zhou, 2020)
Covid – 19 memberikan dampak besar pada aktifitas
sehari – hari dan dikarenakan virus ini juga aktifitas kita menjadi terhambat
dan terbatas, terutama pada bidang pendidikan. Siswa terpaksa harus belajar
dari rumah dengan melakukan pola pembelajaran jarak jauh (Remote Teaching) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini sebenarnya tidak mudah untuk dilakukan karena
pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran yang normal (face to face). Perbedaan yang paling
besar adalah siswa tidak dapat berinteraksi langsung terhadap guru dan secara
tidak langsung terjadinya kesulitan dalam berkomunikasi antara siswa dan guru.
Keterbatasan komunikasi menyebabkan terjadinya pemerolehan informasi dan
intruksi dari guru sangatlah terbatas. Memang pembelajaran jarak jauh
seyogyanya menitik beratkan pada kemandirian siswa. Kemandirian inilah yang
nantinya harus dipupuk di dalam pandemi ini.
Keunggulan Pembelajaran
Jarak Jauh
Siswa akan lebih
fleksibel dalam belajar, tidak mesti harus on time, dan tempatnyapun bisa
dikondisikan tergantung situasi dan kondisi. Siswa juga akan lebih leluasa
menentukan atau mencari sumber belajarnya sendiri bisa mengakses internet dan
lain – lain.
Kelemahan Pembelajaran
Jarak Jauh
Namun
kelemahannya, siswa tidak dapat bersosialisasi dengan siswa lainnya dan gurunya
secara nyata, sehingga akan mempengaruhi emosional siswa itu sendiri.
Pembelajaran jarak jauh ini merugikan siswa karena siswa menjadi kesulitan
dalam mencerna materi yang tengah diterangkan karena terjadinya kendala
terhadap sinyal, karena pembelajaran jarak jauh memerlukan koneksi yang baik
serta media yang memadai dan belum tentu seluruh siswa memiliki media
pembelajaran yang layak guna dan koneksi yang baik. Karena hal tersebutlah
pembelajaran jarak jauh menjadi sulit dan kurang efektif.
Dampak Pembelajaran
Jarak Jauh Berkepanjangan
1. Ancaman
putus sekolah
Anak
didik yang terancam putus sekolah dan terpaksa bekerja karena proses
Pembelajaran Jarak Jauh dari sekolah tidak optimal, akses internet yang kurang
lancar dan persepsi dari orangtua yang berubah pada peran sekolah karena
menganggap pembelajaran anaknya sia – sia.
2. Kendala
tumbuh kembang
Kesenjangan
akses atau sarana pembelajaran misalnya telepon seluler dan internet yang tidak
semua dimiliki oleh anak diberbagai daerah sebagai media utama belajar dari
rumah dan adanya halangan akan sinyal, dan turunnya keikutsertaan dalam PAUD
sehingga tumbuh kembang yang optimal di usia emas. Akibatnya, Indonesia
berpotensi atau beresiko mengalami generasi “learning loss dan lost
generation” dimana akan ada dampak permanen.
3. Peningkatan
kekerasan terhadap anak dan resiko psikososial
Tekanan
psikososial dan kekerasan rumah tangga yang mana mengakibatkan anak stress
karena terus berada didalam rumah, tidak bisa bermain keluar rumah hingga
bertemu dengan teman – temannya dan minimnya interaksi dengan guru dan
lingkungan ditambah tekanan akibat sulitnya pembelajaran jarak jauh yang
menyebabkan stress pada anak.
(Aplisia
Putri Nurkhumallasari / Mahasiswa PGSD FKIP Uhamka)