Kabarpendidikan.id Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono menilai, bila dibandingkan negara lain di tengah pandemi Covid-19 ini kinerja pendidikan Indonesia dianggapnya kurang maksimal.
Ia meyakini sektor pendidikan nasional banyak mendapat rapot merah diberbagai sektor, meskipun Sartono juga menilai bahwa semua rapot pendidikan di semua negara terdampak pasti menjadi rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun masih lebih baik dari Indonesia.
’’Saya yakin rapot dari hampir semua negara itu pasti kalau dibandingkan dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya, pasti di bawah catatan sebelumnya itu. Cuman kita tidak bisa membandingkan bagaimana Indonesia dengan negara lain tentunya, tapi kalau dibandingkan dengan kinerja masing-masing negara, pasti di bawah,’’ jelasnya dalam Outlook Pendidikan Indonesia 2021, Minggu (3/1).
Menurutnya ada sekitar 46 ribu satuan pendidikan, baik sekolah ataupun madrasah yang tidak memiliki akses listrik dan internet. Dilain sisi Sartono menganggap, ada beberapa warga pendidikan yang memiliki akses, namun tidak semuanya memiliki kemampuan daya beli. Hal-hal itulah yang menurutnya membuat kinerja pendidikan Indonesia menjadi rendah yang berdampak pada penyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang tidak optimal.
’’Lalu, isu masalah kemampuan beli pulsa mencuat, lalu ada termasuk kebijakan memberikan bantuan pulsa baik untuk siswa, mahasiswa maupun guru dan dosen, tetapi sekalipun ini bisa diatasi, kita masih ada persoalan yang tersisa 46 ribu satuan pendidikan, ini jelas tidak bisa menyelenggarakan PJJ,’’ ungkap dia.
Apabila dibandingkan dengan segi pencapaian sekolah yang memiliki akses, maka 46 ribu satuan pendidikan itu tidak dapat mencapai target yang diharapkan. Sebab, akses internet dan listrik yang tidak merata.
’’Kalau kita perbandingkan dari segi capaian, most likely dia akan akan kalah dengan sekolah-sekolah yang bisa menyelenggarakan PJJ,’’ jelasnya. (LBM)