Kabarpendidikan.id Wabah virus Corona atau dengan nama lain Covid-19, membuat seluruh dunia kewalahan, membuat masyarakat diseluruh penjuru dunia panik, membuat perekonomian melemah, dan lain sebagainya.
Banyak
dalih yang meyakini bahwa virus Corona ini merupakan permainan dari negara yang
memiliki pengaruh terhadap pergerakan dunia. Dimana tujuannya untuk membuat
lemah negara lain, sehingga seiring berjalannya waktu akan membuat suatu
ketergantungan terhadap negara tersebut. Yah dapat dipastikan bahwa negara ini
mencoba untuk membuat negara lain bergantung pada dirinya, sehingga dengan
mudahnya negara tersebut mengontrol pergerakan dari sektor manapun tidak
terkecuali ekonomi negara lain.
Virus
ini juga bisa saja menyebar akibat dari kedzoliman serta ketamakan manusia itu
sendiri. Ini jika kita memandangnya dari sisi spiritual juga perilaku dari
individunya. Wabah ini berasal dari Negeri Tirai Bambu biasa kita menyebutnya
Negara China atau Tiongkok.
Sekarang
kita lihat dari sisi spiritualnya, sebelum merebaknya wabah Covid-19, di Negara tersebut
khususnya di daerah Uighur telah terjadi penindasan terhadap penduduk yang
beragama Islam.
Dimana masyarakat yang beragama Islam
dianiaya, dipisahkan dari anggota keluarganya, suami isteri dipaksa berpisah,
di bantai habis-habisan
oleh kaum yang membenci Islam
di negara tersebut.
Kejadian
ini tidak hanya melanggar hukum secara konstitusi tetapi juga melanggar hukum
atau syariat agama. Dalam halnya konstitusi, kejadian ini termasuk kedalam
pelanggaran Hak Asasi Manusia ( HAM ), dimana orang dianiaya tanpa alasan yang
jelas.
Begitupun
dalam halnya syariat atau hukum agama. Tidak ada satupun di dunia ini yang
agamanya menyuruh kepada kebathilan atau kejahatan. Bahkan seluruh agama di
dunia mengharuskan penganutnya untuk senantiasa menjaga perdamaian, berbuat
kebaikan, serta saling berkasih sayang antara satu dengan yang lainnya.
Namun, lain halnya dengan
faham yang tidak menjadikan agama sebagai pedomannya. Mereka menganggap agama
adalah sumber keributan dan lain sebagainya dan selalu menghindari diri dari
agama.
Ada
sebab pasti ada akibat, setiap perbuatan pasti ada ganjarannya. Dengan
kedzoliman yang diperbuat, juga dengan perilaku masyarakatnya yang mencerminkan
ketamakan ( seperti memakan segala bentuk hewan ), diturunkanlah sebuah
penyakit, yang tidak disangka penyebarannya begitu cepat dan sangat mematikan.
Maka dari opini saya tersebut dapat ditarik benang merahnya, bahwa dari sinilah
asal muasal virus Covid 19 itu muncul.
Seiring
berjalannya waktu, jumlah korban akibat wabah
ini terus meningkat dari berbagai negara di penjuru dunia. Tidak terkecuali di
Indonesia, angka positif Covid-19
semakin meningkat beberapa bulan setelah terindikasinya 2 orang yang positif
Covid-19.
Pemerintah
dalam hal ini pun tidak hanya tinggal diam, banyak kebijakan yang dikeluarkan
untuk menurunkan tingkat penyebaran Covid 19 ini.
Lembaga-lembaga kesehatan di
seluruh penjuru dunia pun mulai mencari vaksin sebagai penawar dari virus ini.
Seiring berjalannya waktu sampailah pada titik dimana vaksin tersebut berhasil
di temukan.
Vaksin
mulai disebarkan keberbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia
sendiri, masih banyak masyarakat yang belum percaya sepenuhnya terhadap vaksin
yang di sediakan oleh pemerintah.
Masyarakat
takut jika vaksin yang diberikan tersebut merupakan ajang uji coba. Sehingga
banyak masyarakat yang enggan dan menarik diri untuk dilakukan vaksinasi.
Dalam
hal ini, untuk menarik minat serta kepercayaan masyarakat dalam melakukan
vaksinasi, seharusnya para pejabat pemerintah menjadi garda terdepan untuk diberikan
vaksin terlebih dahulu.
Hal
ini diharapkan dengan diberikannya vaksin kepada para
pejabat pemerintah dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap vaksin
tersebut. Bukannya sebaliknya, para pejabat pemerintah menolak untuk dilakukan
vaksin pada dirinya, dan malah menyuruh masyarakat melakukannya terlebih
dahulu. Ini tidak mencerminkan pemerintah sebagai panutan yang baik bagi
masyarakatnya.
Ditambah
terdapat kasus yang dikemukakan oleh Komunitas Penasihat Vaksin dan Produk
Biologi Terkait (VRBPAC), mengenai empat kasus penerima vaksin Covid 19
mengalami Bell’s Palsy atau lumpuh pada otot wajah sehingga sisi wajah
tampak melorot.
Ditambah
dengan ditetapkannya harga dalam memperoleh vaksin, membuat masyarakat semakin
enggan untuk melakukan vaksinasi tersebut. Pemerintah seharusnya menggratiskan
program vaksin kepada seluruh elemen masyarakat disetiap daerah. Karena vaksin
ini dinilai sebagai temuan baru yang seharusnya diberikan lisensi “Trial” dalam
proses pemerataannya.
Sudah
banyak negara yang menggratiskan vaksinasi bagi masyarakatnya seperti Bahrain,
Arab Saudi, Mesir, Jepang, Perancis, Portugal, Belgia, dan India. Seharusnya
Indonesia pun bisa melakukan hal yang sama dengan negara-negara tersebut.
Dengan
didahulukannya para pejabat pemerintah dalam pemberian vaksin Covid-19, serta didukung dengan
penggratisan pemberian vaksin ke setiap daerah di seluruh Indonesia, maka
rencana pemerintah dalam hal menciptakan kekebalan komunal atau herd immunity
dapat dipastikan tercapai.
Hal
ini disebabkan karena, masyarakat telah mempercayai vaksin tersebut yang
ditunjukan oleh para pejabat pemerintah yang memberikan sugesti baik terhadap
vaksin, juga masyarakat akan senang hati melakukan vaksinasi secara gratis.
(Muammar Fikri Ramadhan/ Mahasiswa S1 Akuntansi FEB Uhamka)