Kabarpendidikan.id UNITED Nations Children’s Fund (Unicef ) atau Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan pandemi membawa dampak besar bagi dunia pendidikan, termasuk di antaranya anak yang mengalami putus sekolah.
Dari temuan awal hasil dari monitoring anak tidak sekolah dan anak berisiko putus sekolah (ABPS) akibat dampak pandemi covid-19, terdapat 1% atau sekitar 938 anak putus sekolah karena pandemi di Indonesia. Sementara itu, secara global diperkirakan lebih dari 290 juta anak berpotensi putus sekolah akibat dampak pandemi.
UNICEF menemukan 938 anak di Indonesia putus sekolah akibat pandemi covid-19. Dari jumlah tersebut 75 persen di antaranya tak bisa lagi melanjutkan pendidikan karena masalah biaya.
Debora Comini yang merupakan perwakilan UNICEF Indonesia mengatakan hal tersebut terjadi karena orang tua siswa banyak yang kehilangan pendapatan dan pekerjaan sejak virus corona masuk ke Indonesia.
"Dengan banyaknya orang tua kehilangan penghasilan dan pekerjaan, kami khawatir angka anak tidak sekolah dapat meningkat secara signifikan setelah pandemi," ucapnya dalam peluncuran Strategis Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah (Stranas ATS), Rabu (23/12).
Dari jumlah tersebut, UNICEF mencatat proporsi anak laki-laki lebih banyak putus sekolah dibandingkan perempuan. Selain itu, berdasarkan pantauan UNICEF, lebih dari 13.500 anak di Indonesia sudah putus sekolah sebelum pandemi.
Angka ini menambah daftar panjang jumlah ATS di Indonesia yang telah mencapai 4,34 juta jiwa berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2019.
Sementara secara global UNICEF kegiatan pada 290 juta anak berpotensi putus sekolah akibat pandemi yang juga berdampak ke Indonesia.
Karena itu lah, UNICEF dan Bappenas bekerja sama dalam pengembangan Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah untuk memperkuat dan memperluas berbagai program dan inisiatif pemerintah dan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan anak di bidang pendidikan.
"Kita masih perlu melakukan upaya bersama untuk memastikan pemenuhan hak atas pendidikan berkualitas bagi setiap anak," terang Debora. (FHA)