Kabarpendidikan.id Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengklaim Program Kampus Mengajar Perintis 2020 sukses dilakukan. Program tersebut dinilai berhasil untuk terus mempertahankan proses belajar mengajar bagi siswa di tengah pandemi covid-19.
"Dengan program ini sehingga kita bisa mengakseslerasi pendidikan Indonesia, sampai bertemu di program kampus mengajar 2021," ungkap Mendikbud Nadiem Makarim, pada penarikan Mahasiwa dan Penutupan program Kampus Mengajar Perintis melalui YouTube Ditjen Dikti Kemendikbud, Rabu, 23 Desember 2020.
Program ini diikuti 2.390 mahasiswa dari 89 perguruan tinggi untuk membantu pendidikan siswa Sekolah Dasar (SD). Seluruh mahasiswa tersebut dikirim ke 692 SD yang tersebar di 277 kabupaten/kota di 32 provinsi. Nadiem menuturkan para mahasiswa peserta program ini telah membantu agar pendidikan para siswa tidak akibat pandemi covid-19 selama sepuluh pekan.
"Ada yang sampai menjadi pelatih dalam hal adaptasi teknologi pada lokakarya kelompok kerja guru di daerah itu," ujarnya.
Kontribusi itu dinilai membawa manfaat bukan hanya bagi guru di SD penugasan, tetapi juga seluruh guru dan masyarakat di daerah itu. Di luar itu, mahasiswa sebagai penggerak program, juga dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi mereka di masyarakat. Program ini menjadi ruang bagi mahasiswa untuk menunjukkan peran pengabdiannya pada masyarakat.
Ada mahasiswa yang mengubah tanah berpasir menjadi papan tulis untuk mengajar membaca dan menulis kepada para siswa. Lalu ada pula mahasiswa yang menerapkan kompetensi teknik sipilnya untuk membuat alat peraga sains sederhana. Kemudian ada mahasiswa yang menerapkan ilmu psikologinya untuk membantu guru mengajarkan siswa yang berkebutuhan khusus.
Nadiem mengatakan, berbagai inovasi itu berhasil diwujudkan meski tantangan mahasiswa di lapangan sangat berat. Salah satunya, ada mahasiswa yang setiap hari mesti berjalan kaki berkilometer untuk mencapai SD tujuan penugasannya.
"Ada yang harus naik-turun gunung bersama para guru untuk mengunjungi rumah-rumah para siswa. Ada yang setiap hari harus menjinjing sepatu dan tasnya menyeberangi sungai," ungkap Nadiem.
Dia berharap semua ketekunan, pengalaman, dan kemampuan berkreasi itu dapat berguna bagi mereka di masa depan. Program ini dianggap telah menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, guru, atau Kemendikbud semata.
Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, menilai Kampus Mengajar Perintis telah memberi para mahasiswa kesempatan mengembangkan hard skill dan soft skill serta pengalaman mengabdi. Program ini disebut sebagai implementasi dari Kampus Merdeka.
Para peserta tidak hanya membantu guru di dalam mengajar, tetapi juga memperkuat kompetensi literasi dan numerasi siswa. Bahkan, mereka juga membantu guru dalam beradaptasi dalam memanfaatkan teknologi untuk mengajar.
"Kita rasakan selama pandemi ini kita harus melakukan transformasi yang cepat di dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran. Selain itu, mahasiswa juga membantu para guru dalam administrasi sekolah," urai Nizam.
Dia mengatakan Kampus Mengajar Perintis merupakan program terobosan Kemendikbud yang kebetulan diimplementasikan pertama kali saat pandemi covid-19. Program ini akan dilanjutkan tahun depan dengan kepesertaan mahasiswa yang lebih banyak.
"Dengan keberhasilan program ini, Insyaallah di semester yang akan datang kita akan bisa mengirim lebih banyak lagi mahasiswa untuk terjun langsung menjadi guru, mendampingi guru, dan mengasah empati, soft skill, dan hard skill," pungkasnya. (FHA)