Kabarpendidikan.id Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pandemik Covid-19 ini memang melumpuhkan setiap sektor kehidupan, tak terkecuali pada sektor pendidikan.
Kurang
lebih sudah 10 bulan lamanya, para pelajar di Indonesia melakukan pembelajaran
via online atau yang kita kenal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diharuskan
menggunakan laptop atau gadget serta jaringan internet. Tentu ini tidak
segampang yang dibayangkan.
Banyak
permasalahkan yang muncul terutama di kalangan orang tua dan masyarakat yang
mengaku keberatan dengan adanya PJJ ini. Mereka yang keberatan adalah mereka
yang memiliki tingkat ekonomi rendah/kalangan menengah bawah yang belum bisa
memenuhi syarat pembelajaran daring ini.
Menurut
saya pribadi, terlepas dari peraturan
Kemendikbud mengenai pembelajaran daring ini, Pemerintah seharusnya lebih
mengarahkan perhatian kepada mereka ‘kalangan menengah bawah’ agar dapat
memaksimalkan proses pembelajaran via online ini.
Memang
sudah diberlakukan adanya tunjangan kuota belajar gratis dari pemerintah, namun
pada kenyataannya ini tidak efektif, mengingat banyak pelajar yang sampai saat
ini belum mendapatkan bantuan tersebut.
Mungkin
sebagian dari teman-teman yang update soal berita viral baru-baru ini
mengetahui kisah seorang wisudawan yang mau tidak mau harus melaksanakan acara
wisudanya bersama orang tuanya di hutan, akibat terkendala oleh sinyal. Sungguh
miris, bukan?
Tentu
hal ini menjadi titik tekan bagi
pelaku pendidikan dalam menentukan pembelajaran yang akan digunakan dengan
melihat berbagai aspek pendukung dan dampak yang telah ditimbulkan.
Selain
itu, maraknya dampak negatif akibat PJJ ini, saya rasa perlu adanya alternatif
lain selain daring, yakni Luring. Dimana alternatif ini tidak memerlukan gadget
dan jaringan internet serta terhalang oleh kendala sinyal, sebab bisa dilakukan
melalui TV, Radio, Modul belajar mandiri, serta beberapa aspek pendukung Luring
lainnya. Saya rasa ini dapat mengurangi ketidakefektifan dalam PJJ serta dapat
menjadi salah satu solusi terbaik dalam mengatasi ‘kegalauan’ orang tua maupun
masyarakat.
Poin
terakhir yang ingin saya sampaikan adalah dilihat dari sudut pandang yang
berbeda, peran orang tua serta sinergitas antar satuan pendidikan tidak kalah
penting dalam permasalahan pembelajaraan jarak jauh ini, sehingga dapat menjadi
tolak ukur atau dasar menentukan kebijakan dalam satuan pendidikan.
Syarifah Nurul Fathya
Asyathiry/ Mahasiswa Manajemen FEB Uhamka